Senin, 02 Januari 2017

ISTIDLAL DALAM ILMU MANTIQ



ARTIKEL
”ISTIDLAL DALAM ILMU MANTIQ ”
DISUSUN OLEH :
ROZANA
PRODI : EKONOMI SYARIAH (III.A)
NIM : 36 21 15 OO19
PENGAMPU : WIRA SUGIARTO. S.IP., M.Pd. I
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BENGKALIS
T.A. 2016/2017








Istidlal, secara lughawi, adalah mencari dalali, keterangan, indikator atau petunjuk sehingga dapat diperoleh sesuatu pengertian atau kesimpulan. Dalam terminologi ilmu Mantik, Istidlal adalah berpindahnya pikiran, dengan teknik tertentu, dari sesuatu yang sudah diketahui (ma’lum) kepada sesuatu yang belum diketahui (majhul) sehingga yang belum itu dapat diketahui.
Istidlal merupakan pembahasan yang tepenting dalam ilmu mantik, karena mengambil kesimpulan yang benar adalah menjadi fungsi utamanya.
Para ahli mantik membagi istidlal ke dalam beberapa bagian diantaranya istidlal Qiasi dan Istidlal Istiqra’i. Qiasi menurut bahasa berarti ukuran atau mengembalikan sesuatu kepada persoalan pokoknya. Sedangkan secara istilah qiasi digunakan untuk menyatakan proses penalaran sistematis dan logis tentang maujudad yang terucapkan dan pengucapan maujudad yang disusun dari keputusan-keputusan logis sehingga menghasilkan kesimpulan.
Jadi Istidlal qiasi adalah upaya akal-pikir untuk memahami sesuatu yang belum diketahui melalui yang sudah diketahui dengan menggunakan kaidah-kaidah berpikir (logika) yang telah diterima kebenarannya.
Sedangkan Istidlal istiqra’i adalah penarikan kesimpulan secara induktif, yang dimulai dengan percobaan-percobaan kecil untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan kecil yang diharapkan, setelah percobaan-percobaan berikutnya, akan bermuara kepada penemuan kesimpulan yang sifatnya umum (general).
Dalam pembahasan istidlal qiasi ada beberapa unsur yang perlu dimengerti terlebih dahulu, yaitu :
1.      Lafazh-lafazh dalam qadhiyah-qadhiyah qias, terbagi kepada tiga yaitu :
a.       Had Ashghar adalah lafazh yang menjadi maudhu’ pada natijah. Untuk lebih jelas, adapun contohnya yaitu :
Arak yang memabukan
Setiap yang memabukan haram
.’. Arak haram
Lafazh arak yang menjadi maud hu’ pada natijah adalah had ashghar ( lafazh kecil ). Arak disebut had ashghar( lafazh kecil ) karena cakupannya lebih kecil dibandingkan dengan cakupan lafazh haram.
b.      Had Akbar adalah lafazh yang menjadi mahmul pada natijah. Dalam contoh diatas, lafazh haram pada natijah disebut had akbar (lafazh besar) karena cakupannya lebih besar dibandingkan dengan arak.
c.       Had Ausath adalah lafaz yang di ulang dua kali, sekali dalam qadhiyah qias yang pertama dan sekali lagi dalam qadhiyah qias yang kedua.
2.      Qadhiyah-qadhiyah dalam Qias
Di dalam qias selalu terdapat 3 qadhiyah, yaitu :
a.       Muqaddimah Shughra adalah qadhiyah yang didalamnya terdapat had ashghar.
b.      Muqaddiamah Kubra adalah qadhiyah yang didalamnya terdapat had akbar (lafazh basar).
c.       Natijah adalah qadhiyah yang dibangun dengan merangkai hak ashghar dengan hak akbar.
Kata Qias berasal dari bahasa Arab yang berarti ukuran. Maksudnya adalah mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain. Qias dalam ilmu mantiq adalah ucapan atau kata yang tersusun dari dua atau beberapa qadhiyah, manakala qadhiyah-qadhiyah itu benar, maka akan muncul dari padanya dan dengan sendirinya qadhiyah benar yang lain dinamakan natijah. Tetapi perlu dicatat bahwa bila qadhiyah tidak benar bisa saja natijahnya benar. Tetapi benarnya itu adalah kebetulan.

Qias terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1.      Qias Iqtirani, terbagi menjadi dua yaitu :
a.       Qias Iqtirani Hamli
       Iqtirani, secara lughawi, adalah menyertakan, mengumoulkan, menyusunkan. Sedangkan hamli jika dikaitkan dengan qadhiyah adalah kalimat sempurna (elektif) dalam bahasa indonesia. Jadi, iqtirani hamli, adalah menyusun atau merangkai kalimat-kalimat sempurna. Yang disusun itu, biasanya adalah dua kalimat (qadhiyah) yang akan memunculkan kalimat ketiga.
       Qias iqtirani Hamli adalah qias yang ketiga qadhiyahnya terdiri atas qadhiyah-qadhiyah hamliyah saja.
       Contoh :
Manusia adalah hewan, tiap hewan perlu air.
Jadi setiap manusia perlu air

b.      Qias Iqtirani Syarthi
       Syarthi, secara lughawi adalah mengikat. Yang dimaksudkan di sini adalah mengikat dua qadhiyah ( kalimat ) atau lebih menjadi satu dengan menggunakan adat syarat ( kata pengandal jika, manakala, kapanpun betapapun, dan yang semacamnya ).
       Contoh :
Jika alam bergerak, ia digerakan
Setiap yang digerakan ada penggeraknya
: setiap daun bergerak ada penggeraknya

2.      Qias Istitsna’I
Istitna’I secara lughawi adaalaah pengecualian, dikecualikan. Sedangkan dalam bahasa arab disebut Lakinna. Qias istitsna’I adalah rangkaian dua muqaddimah yang muqaddimah keduanya dimasuki oleh kata tetapi.
Sedangkan dalam ilmu mantik adalah qias yang natijah-nya bersumberkan salah satu dari dua qadhiyah yang disatukan oleh adat syarat jika, manakala, betapapun, bagaimanapun, setiap kali atau semacamnya pada muqaddimah pertama.

Qias istitsna’I terbagi mnjadi dua yaitu :
a.       Ittishali
Ittishali adalah Qias yang muqaddimah kubra-nya terdiri atas qadhiyah syarthiyah muttashilah.
Contoh :
Jika hujan banyak maka tanaman subur.
Tetapi, hujan banyak.
:tanaman subur

b.      Infishali
Infishali adalah qias yang muqaddimah kubranya terdiri dari qadhiyah syarthiyah munfashilah.
Contoh :
Pasaran cengkih adakalanya ramai, adakalanya sepi.
Tetapi, pasaran cengkih ramai.
:pasaran cengkih tidak sepi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar